|
sedikit beranjak dewasa, liat deh make up nya. |
Bagaikan
anak ayam yang baru terlepas dari cangkangnya, sebagai mahasiswi baru pada
awal-awal kuliah, aku pun juga melakukan hal yang sama seperti mahasiswa pada
umumnya. Aku jadi teringat ketika masa-masa Ospek fakultas dimana aku melihat
seorang gadis putih nan cantik duduk persis di belakangku dalam satu barisan,
mata bertemu mata dan senyum bertemu senyum, tak ayal kami pun berkenalan. “Anin,”
dia pun berkata sembari menyalami tanganku dan aku membalasnya “Nanasik.”
Kataku. Tak disangka kami pun langsung menjadi akrab semenjak pertemuan cantik
itu. Tidak lama berselang saat ada acara Ospek Jurusan Sastra Rusia,aku yang
datang paling terakhir dan duduk di barisan paling ujung pun berkenalan dengan
seorang gadis Sunda yang keibuan,manis dan berambut panjang yaitu Caca. Anin yang
juga berkenalan dengan seorang gadis berperawakan mungil , cantik dan sedikit
gemuk yang ternyata berasal dari Jakarta ialah Mady. Nah dari situlah awal
persahabatan kami dimulai. Sepertinya Tuhan telah memiliki rencana untukku
dengan memberikan 3 orang yang baik, menyenangkan dan membuat masa-masa awal
kuliahku berwarna.
|
Masa-masa Ospek |
Anin dan Mady yang berasal dari
keluarga Jawa
tok-tok mengajariku banyak hal yaitu
attitude saat makan,
berjalan, duduk, berbicara yang lembut ya maklum saja aku yang saat itu
terkenal tomboy dan dihidupkan dari lingkungan keluarga yang sebagian besar
laki-laki, memiliki
attitude yang kacau. Persahabatan kami sangatlah harmonis,
kami semua memiliki sikap yang berbeda-beda tetapi saling melengkapi satu sama
lain.
|
Beberapa Anak-anak MACY |
|
Bersama Kakak-kakak relawn pengajar MACY |
Setahun berselang kami
mendirikan sekolah bebas biaya untuk anak-anak kekurangan fisik, mental,
anak-anak jalanan dan tak mampu. Syukur, sekolah kami berjalan dengan lancar
dan mendapat antusias serta apresiasi yang tinggi. Kami dibantu oleh beberapa
teman sekelas yang menjadi guru sukarelawan untuk sekolah kami, total murid
yang kami miliki saat itu mencapai 60 orang dari berbagai usia serta tingkat
pendidikan yang berbeda. Banyak sekali manfaat yang kami dapatkan dari sekolah
ini dan yang pasti belajar psikologi anak secara otodidak tidaklah mudah!
Sekolah kami juga belajar formal dan informal yaitu belajar teater, puisi,
menyanyi dan menari yang diajarkan oleh kakak-kakak senior kami yang tersayang,
terima kasih kaka atas bantuannya :).
Prestasi yang membanggakan dari anak-anak MACY (ya begitulah kami menyebut
mereka yang berasal dari nama sekolah kami) yaitu mereka dapat menampilkan
kemampuan informal mereka di salah satu café yang terkenal di Jatinangor
(Ngeumong café) dan mendapat apresiasi yang bagus serta tak disangka sumbangan
dana yang terkumpul juga besar, yang kami gunakan untuk sekolah kami. Sayangnya
sekolah kami hanya bertahan selama setahun, kesibukan kuliah yang semakin
meningkat menjadi salah satu faktor bubarnya sekolah MACY.
|
Hari pertama memakai rok untuk pementasan OSPEK |
Lagi-lagi kata orang, tahun pertama kuliah adalah tahun
ekspresi, tahun kedua adalah tahun kenakalan, tahun ketiga yaitu tahun
kemalasan dan tahun keempat adalah tahun kejar setoran dan sentuhan tangan
Tuhan. Sepertinya ungkapan diatas memang benar adanya, dimana tahun kedua aku
mencoba sesuatu yang sebenernya telat bandel katanya euy. Sebagai anak rumahan
semasa SMA, aku tak pernah merasakan , mencicipi dan mencoba sesuatu hal yang
berbau nakal. Di tahun ini, dari mulai sebatang sahabat kopi, gambar
kakek-kakek yang berada di botol bahkan sampai menggunakan kata cap orang tua,
tea yang katanya quilla, dentuman yang terdengar dari istilah plesetan cucian
piring hingga Jamur istimewa, agung nan popular yang di puja-puja kalangan
mahasiswa yang dapat membawamu terbang ke dunia Alice wonderland yang berasal
dari fases sapi ini pun tak luput aku coba.
Ternyata kenakalan ini pun membawa dampak bagi persahabatanku,
maklum lah anak kucing yang baru belajar jalan tetapi mau mencoba menyebrang
sungai dengan muka lucunya agar tetap dianggap anak kucing yang menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya. Kami pun menuju jalan masing-masing, ups! Lebih
tepatnya aku yang menuju jalanku sendiri. Berat memang, bangunan dari baja
itupun akhirnya runtuh tergerus oleh derasnya ombak di lautan lepas yang
diterjang terus menerus. Bunga-bunga yang telah dirangkai di awang-awang pun
berguguran, hari berlalu ke bulan
beralih ke tahun mencoba merangkai pecahan kaca
dengan lem sekuat baja yang sebenarnya tetap saja sang goresan retak pun
tak kuasa meretas kembali. Energy positif yang ditularkan Lunasik serta
kesetian sang penjaga pun menjadi kekuatan untuk diriku yang kala itu aku kalah
dengan takdir dari sang Pencipta. Merangkai asa yang hampir rusak untuk jalanku
sendiri, biarlah sang waktu dan sang Pencipta yang menyelesaikan ini.
Rasa itu semakin sakit kala penghujung cerita di bangku
kuliah pun hampir usai, masa – masa yang dinanti oleh setiap mahasiswa di akhir
perjalanannya meninggalkan ku sendiri. Seharusnya aku sama seperti yang lain
menjadi mahasiswi yang juga menanti masa itu dan merasa bahagia dengan rekan
seperjuangan yang akhirnya kita bisa menyelasaikan masa kuliah bersama. Tak ada
tawa maupun photo sahabat kala itu. Hanya Keluarga, Lunasik dan sang penjaga
yang telat di moment yang bahagia bagi setiap mahasiswa yang baru saja meraih
gelarnya. Moment bahagia, penting sekaligus sedikit pahit didada terjadi pada
tanggal 20 Agustus 2013. Tapi aku bangga, dengan sedikit rasa sombong dalam
diriku bahwa aku lulus pas dengan jadwal yang memang sudah ditentukan masanya
untuk S1.
|
Selamat Ulang Tahun Caca di salah satu cafe di Jatinangor |
Sang waktu dan Pencipta pun akhirnya menepati janjinya selang
setahun dari masa itu, goresan itu pun tetap ada, tidak akan pernah kembali
sempurna. Tak apalah setidaknya mereka semua mengerti kini bahwa aku tidak
sepenuhnya salah, dengan sikap dan pola fikir kita kini yang sudah beranjak
dewasa. Akhirnya aku sadar bahwa pelangi itu pun membantu sang ulat bermetamorfosis
menjadi kupu-kupu yang cantik dalam masa-masa hidupnya.
No comments:
Post a Comment